Selasa, 22 Februari 2011

Teh Herbal Dumai Mas Cotek

Teh Herbal
Dumai Mas Cotek 

Tanaman Mas Cotek telah dibudidayakan di Kota Dumai. Saat ini produk yang dihasilkan dari tanaman ini adalah minuman kesehatan yang dinamakan TEH HERBAL. Tanaman ini banyak bermanfaat untuk membantu memperlancar peredaran darah dalam dan mengeluarkan toksin yang ada dalam tubuh.


Lahan yang telah dimanfaatkan adalah lahan gambut seluas 30 Ha yang terletak di Kelurahan Guntung. Tanaman ini tumbuh dan berkembang dengan baik dengan lahan yang bertekstur gambut.
Teh herbal yang berasal dari tanaman Mas Cotek ini telah hadir di Indonesia yang dibawa oleh pengusaha yang telah lama tinggal di negeri seberang yaitu Malaysia dan khusus dikembangkan di Kota Dumai, yang nantinya dicita-citakan akan menjadi Produk Unggulan Kota Dumai.
Teh Herbal ini di dikelola oleh Koperasi Dharma Desa yang berkedudukan di Jalan Bahtera, Kelurahan Purnama, Dumai,   Riau - Indonesia. Bahan yang dikandung oleh Teh Herbal ini tidak ada bahan lain selain dari tanaman Mas Cotek. Tanaman ini diolah sangat mudah. pengolahannya dengan cara pemanenan, pengeringan, pencucian dan penggilingan serta dikemas dalam bentuk sacsetan selanjutnya dibungkus dalam kemasan kotak untuk dipasarkan dengan harga Rp.45.000,-/kotak.
Kemasan yang dibuat untuk konsumsi 1 bulan.
Isi kotak sebanyak 30 sacset.
1 sacset diseduh untuk 1,5 liter air.
Dianjurkan mengkonsumsi memakai gula, agar lebih baik dicerna oleh tubuh sesuai dengan fungsinya. 
Untuk mengkonsumsi Teh Herbal ini :
1. Sediakan air panas/mendidih sebanyak 1,5 L untuk seduh 1 sacset Teh Herbal Mas Cotek.
2. Rendam sacsetan tadi dan biarkan beberapa menit sehingga warna air menjadi warna kuning teh.
3. Teh Herbal siap disajikan untuk seisi keluarga.
Mudah-mudahan orang-orang yang telah mengkonsumsi Teh Herbal ini menjadi sasaran menuju Visi Indonesia Sehat 2010

Jumat, 31 Desember 2010

Budidaya Ikan Betutu


Ikan Asin Betutu 

Ikan Betutu yang akan dibuat untuk ikan asin. Betutu yang dibuat ikan asin adalah ikan betutu yang tidak punya nilai ekonomis lagi dan mempunyai ciri-ciri ikan yang penanganan penangkapan yang kurang baik. Sebelumnya kami belum ada informasi mengenai penanganan ikan betutu yang seperti ini. Sehingga langkah yang kita ambil untuk aman adalah ikan asin.
Disamping ikan ini mempunyai nilai jual yang mahal dan tekstur daging yang kenyal dan padat, ikan ini juga memiliki protein yang cukup tinggi. Dan menurut kaum Tiong Hwa adalah ikan Feng Shui yang bagus.
Pada tahap ini kami masih melakukan eksperimen mengenai penanganan dan nilai jual lokal.
Di Dumai, informasi ikan ini masih langka, dan belum banyak yang ingin mengkonsumsinya apalagi membudidayakannya. Padahal ikan ini untuk negara luar sangat diminati dan harga jual yang relatif mahal.
Apakah peluang ini dibiarkan begitu saja?